• Home
    • Category
    • Category
  • Beriman
    • Category
      • Category
        • Category
        • Category
      • Category
        • Category
        • Category
        • Cate
      • Category
        • Category
        • Category
      • Category
        • Category
        • Category
  • Category
  • Category
  • Category
MEJUAH-JUAH

Berita Simbaru

Ekaristi , Liturgi

Marilah Pergi, Kita Diutus

By Unknown · On 19.25

tari kreasi karo omk

Berkat bukanlah kata-kata terakhir imam dalam Misa, karena masih ada kata-kata Pengutusan yang harus disampaikan kepada umat. Sesudah memberkati, imam berkata: “Saudara sekalian, Perayaan Ekaristi sudah selesai.” Secara lantang umat menjawab: “Syukur kepada Allah.” Ada yang membatin: “Syukurlah, akhirnya selesai juga …” Hati terasa lega. Pelaksanaan kewajiban sebagai orang Katolik telah terpenuhi.


Cukupkah merasa begitu? Sebaiknya jangan dulu lega atau puas, karena masih ada kata-kata yang sungguh memungkasi seluruh acara Misa: “Marilah pergi! Kita diutus”. Ternyata, masih ada pesan yang dititipkan untuk seluruh umat. Pengutusan membuka suatu tugas baru, yakni untuk memasuki dunia dan kehidupan sehari-hari. Bekal telah diberikan dan umat siap mengamalkan amanat Kristus untuk sesama dan alam semesta.

Pembubaran, pengutusan
Salam, Berkat, dan Pengutusan dapat dilakukan oleh imam sendiri. Namun, jika ada diakon, tugas membubarkan atau mengutus adalah milik diakon (PUMR 90). Sejak dulu, memang diakonlah yang diberi tugas ini (Tradisi Apostolik, abad IV). Teks yang diucapkan diakon itu mungkin terilhami kata-kata Yesus pada akhir percakapan-Nya dengan perempuan yang sudah disembuhkan dalam Injil Markus 5:34: “Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!” Dalam Misa, kata-kata itu sudah tercatat dalam Ordo Romanus I dan dijawab “Deo Gratias”. Sempat tak tampil dalam MR 1474, tapi ada lagi dalam MR 1570 sampai MR teranyar.

Ungkapan “Ite, missa est” rupanya juga digunakan untuk membubarkan pertemuan dalam konteks sekular. Ketika digunakan dalam Misa, teks itu tentu saja jadi terasa religius dan sakral, meskipun tujuannya juga untuk memasuki dunia sekular. Teks Latin itu diterjemahkan dalam TPE kita, namun menjadi lebih panjang dan diusahakan menyiratkan maksudnya. Maka, menjadi dua pernyataan: Misa yang sudah selesai dan umat yang diutus pergi. Jika cuma dinyatakan bahwa Misa sudah selesai, mungkin bisa ditanyakan lagi: “lalu ngapain?” Maka, ditambahkan juga maksudnya, yaitu tugas perutusan. Menafsirkan kata Latin, missa, yang berakar dari kata mittere, artinya mengutus. Istilah missa inilah yang sering dianggap sebagai asal usul nama “Misa” untuk menyebut praktik Perayaan Ekaristi.

Perarakan keluar
Ritus Perarakan Keluar berisi beberapa kegiatan yang pada umumnya mirip Perarakan Masuk, namun dalam versi kebalikannya. PUMR 90 [d] menyebutkan: “penghormatan altar: imam dan diakon mencium altar; kemudian mereka bersama para pelayan yang lain membungkuk khidmat ke arah altar.” Jika ada tabernakel di belakang altar, maka penghormatannya dengan cara berlutut, untuk menghormati Sakramen Mahakudus. Selanjutnya, mereka meninggalkan gereja dengan urutan seperti ketika memasuki gereja.

Ritus ini dapat diiringi nyanyian atau musik instrumental. Meskipun sudah lazim dilakukan, namun sesungguhnya tak ada petunjuk tentang unsur musikal itu dalam PUMR ataupun TPE. Kebiasaan ini tetap pantas diteruskan sesuai dengan norma liturgis yang ada. Jika ada nyanyian perarakan, sebaiknya imam dan para petugas lainnya jangan langsung meninggalkan tempat perayaan. Mungkin mereka dapat menanti sejenak hingga nyanyian itu mendekati selesai, atau setidaknya masih cukup untuk mengiringi saat mereka berarak keluar menuju sakristi. Di situ mereka dapat bersama-sama berdoa dan mensyukuri pelaksanaan tugas yang telah didampingi Allah.

Apa yang dilakukan umat? Tentu saja harus segera pergi. Namun, dalam rubrik Misa Romawi tak disebutkan secara khusus tentang itu. Maka, muncullah beberapa kegiatan yang dilakukan umat: berlutut penuh dan berdoa sejenak, lalu membungkuk, menundukkan kepala, atau berlutut sebentar dan berjalan keluar. 


Pastor Christophorus H. Suryanugraha OSC
[sumber :http://www.hidupkatolik.com]

Ekaristi Liturgi
Share

Karonese

Mejuah-Juah Kita Kerina

You Might Also Like

Kabar Vatikan

Memuat...

UCAN Indonesia

Memuat...
  • Popular
  • Anne Avantie : Gereja Bukan Fashion Show

Latest



© Karonese 2014.